Tuesday 31 May 2016

PEMBANGUNAN DITANGAN PEMUDA


Oleh : Wakyudi, SP.M.Si
Pemimpin muda kata yang terdengar sangat hebat dan berpengaruh. Menjadi pemimpin di usia muda adalah sesuatu yang pastinya membanggakan. Ditangannya lah nasib apa yang dipimpinnya, tanggungjawabnya begitu besar disaat usianya masih tergolong sebagai pemuda. Masa muda yang dicap sebagai masa untuk bersenang-senang kini tak bisa dibuktikan. Sebenarnya, jika konteksnya adalah menjadi seorang pemimpin, muda dan tua sama saja. Sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Tanggal 28 Oktober 1928 yang lalu, sejarah bangsa ini barangkali diawali oleh sekelompok pemuda dengan visi besarnya membangun kesadaran cinta tanah airnya, akhirnya mendeklarasikan sebuah janji, yang kemudian terkenal dengan sebutan sumpah pemuda. Ya, sumpah pemuda yang pada tahun ini sudah 82 diperingati. Namun, pemuda – pemuda visioner dan idealis ketika itu, barangkali saat ini berganti dengan pemuda Indonesia yang berkarakter pragmatis. Sejarah mencatat bahwa generasi muda adalah generasi pahlawan yang memberikan solusi konkret bagi perbaikan masyarakat, bangsa dan Negara. Kalau kita lihat lagi kebelakang, banyak pemuda – pemuda yang memberikan inspirasi tentang jiwa kepahlawanannya, jiwa patriotism yang diiringi dengan semangat membara, optimis, dan pantang menyerah. Kepemimpinan pemuda saat ini sangat di butuhkan terapi proses pembangunan bangsa dan negara. Berbagai masalah kehidupan bangsa Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin pemberani dan ekstra. Namun pada kenyataannya bangsa ini sedang krisis kepemimpinan terlebih kepemimpinan kaum muda
 Bangsa ini sedang terkena penyakit akut bernama korupsi. Menurut data dari Transperency Internationial, Indonesia bersama Kenya menempati urutan keenam dalam kategori kasus korupsi. Bahkan disalah satu institusi yang seharusnya tidak terjadi praktik korupsi dan suap, tetapi terkadang malah terjadi. Dari aspek kesejahteraan rakyat, Indonesia masih jauh dari layak. Angka pengangguran masih tinggi. Demikian dengan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan hasil survey Human Development Index (HDI) atau indeks pembangunan manusia di 179 negara didunia, Indonesia hanya menempati urutan ke 109. Sedikit gambaran, bahwa indicator penilaian HDI adalah dengan mempertimbangkan 4 dimensi dasar manusia, yaitu usia, pola hidup sehat, pendidikan, dan standar penghidupan yang layak. Dari empat dasar tersebut, Indonesia semuanya masih rendah.
Perspektif Peran Pemuda dalam Pembangunan
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda, digunakan istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional.
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai generasi yang berlalu (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.  
 Pemuda memiliki peran yang lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan ‘kebersihan’-nya dari noda orde masanya.    
Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda berikrar untuk mengakui satu bangsa Indonesia. Angkatan 1945 menjadi angkatan yang mendorong lahirnya negara baru bernama Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Angkatan 1966 melakukan koreksi terhadap kepemimpinan nasional yang dipicu oleh pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga dianggap sebagai penyelamat atas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Angkatan 1974 menjadi angkatan yang mengoreksi kebijakan pemerintah Orde Baru hingga Angkatan 1998 sebagai pendobrak otokrasi yang dilakukan oleh Presiden Soeharto. Lewat gerakan Reformasi, kembali peran pemuda diharapkan muncul sebagai ‘penyelamat krisis’ bangsa.
Melihat peran pemuda tersebut, posisi pemuda sebagai salah satu elemen bangsa adalah sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis multidimensi ini belum berakhir. Pemuda yang menjadi penggerak pada setiap zamannya, kembali dituntut untuk tampil, meski tantangan yang dihadapi selalu berbeda.
Indonesia Baru: Generasi Pemimpin Politik 2014
Pasca riuhnya pemilihan legislatif dan pemilu presiden, harapan masyarakat yang menyeruak  semakin membesar. Tidak kita pungkiri, semua lini kehidupan bangsa ini diputuskan dan dibijaki pertarungan yang bernama politik. Sejatinya, inilah pergumulan antara yang baik dan buruk, yang bersih dan kotor, dan antara yang benar dan salah. Baru saja rakyat Indonesia telah menyaksikan moment pergantian pemimpin politik bangsa ini baik DPRD mapun DPR RI, tentunya harapan harapan baru mereka juga munjul seiring dengan maslah di semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilu bukan hanya sekedar pesta demokrasi, namun bisa dilihat sebagai evaluasi mengenai keputusan kita terhadap pemimpin yang lalu, sehingga hasil tersebut dapat menjadi pijakan putusan kita untuk memilih pemimpin yang akan datang. Harapan Indonesia baru terletak di tangan para pemimpin-pemimpin yang akan dihasilkan ini. Pemimpin Indonesia baru itu bukanlah orang lama, sistem yang lama, lalu dibingkai dengan kemasan yang baru. Pemilu memberikan kesempatan kepada kita untuk memulai sesuatu yang baru –Indonesia Baru- lewat gagasan-gagasan mereka yang terbarukan. Katakalah itu sebagai gagasan Indonesia Emas, Indonesia Unggul, dan semacamnya. Disinilah letak peran semua warga membangun demokrasi Indonesia demi penyehatan bangsa ini di masa yang akan datang. Dimulai dengan partisipasi publik secara menyeluruh.
Secara umum, dari segi usia, pemilih Indonesia sebetulnya tergolong muda. Yang berusia di bawah 50 tahun berjumlah tak kurang dari 70 persen dari seluruh pemilih. Para pemilih ini sudah cukup lama tersosialisasi dengan demokrasi dalam era reformasi, yaitu  sejak mereka berusia 35 tahun (sejak 1998) atau lebih muda lagi. Dengan kata lain, bahkan pemilih tertua di kelompok 70 persen ini telah mengalami dan terekspos dengan nilai- nilai dan praktik demokrasi sejak usia yang sangat muda. Tidaklah mengherankan jika sebagian besar pemilih menunjukkan sikap dan atau penilaian terhadap politik dan demokrasi yang tak berbeda jauh dengan rekan-rekan mereka di negara demokrasi lain. Mereka umumnya memiliki cara berpikir yang terbuka (open minded), kritis, dan kosmopolitan. Mereka juga cenderung bergaya hidup urban dan lebih religius. Tak kalah penting, mereka cukup sadar dengan dan mengikuti sejumlah perkembangan politik nasional.
            Seperti di negara demokrasi lain, dukungan kaum muda terhadap demokrasi sangat tinggi. Lebih dari 70 persen dari mereka mendukung dan menganggap demokrasi cocok untuk Indonesia (Liddle dan Mujani, 2013). Menurut data Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), angka ini lebih tinggi dibandingkan dukungan rakyat Indonesia secara umum kepada demokrasi (69 persen). Dalam demokrasi di Asia, dukungan ini lebih rendah dibandingkan Taiwan (74,8 persen) dan Korea (82,2 persen), tetapi lebih tinggi dibandingkan Filipina (62,4 persen).  
            Sedikit berbeda dengan generasi yang lebih dewasa ketika rezim Soeharto jatuh, kaum muda atau pemilih yang saat ini berusia 25 tahun ke bawah memiliki sikap dan gaya hidup tersendiri. Beberapa sikap menonjol mereka adalah kurang perhatian pada masalah-masalah nasional (57,4 persen, Kompas, 2011). Karakteristik menonjol yang lain yang dimiliki pemuda adalah ketergantungan pada teknologi. Tidak kurang dari 14 jam per minggu mereka habiskan untuk kegiatan yang terkait dengan teknologi (Nielsen, 2011).
Dengan sejumlah karakteristik ini, dapat dikatakan, politik dan demokrasi bukan hal asing bagi kaum muda. Dengan memperhatikan sikap dan kecenderungan mereka, peristiwa politik dan demokrasi, termasuk pemilu, dapat dijadikan media sosialisasi yang lebih jauh sehingga pendalaman dan praktik demokrasi dapat terus terpelihara untuk masa menengah dan panjang. Walhasil, pada gilirannya kaum muda ini dapat menjadi aktor yang berperan penting dalam penyebaran nilai-nilai dan praktik demokrasi di Indonesia. Konsolidasi demokrasi, karenanya, memperoleh jalannya untuk terus melaju. Dukungan politik kaum muda pada Pemilu 2014 tampaknya juga tak akan berbeda jauh dengan kecenderungan pemilih Indonesia secara umum. Pesan pokoknya sama: kaum muda, seperti rakyat Indonesia umumnya, ingin praktik politik yang lebih demokratis, kepemimpinan alternatif, dan lebih muda Tren dukungan itu cukup stabil selama lebih dari setahun terakhir (SMRC, 2012, 2013). Sebanyak 50-60 persen dukungan kaum muda tersebar hampir merata di empat partai PDI-P, Golkar, Demokrat, dan Gerindra.
Penulis :
Sekjen IKAMC. Ikatan   Mahasiswa Cilangkahan (IMC) Kabupaten Lebak
Ketua Kajian Strategis Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bogor.
Mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB)

  


0 comments:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons