Tuesday, 31 May 2016

Silaturahmi Gubernur Banten dengan Mahasiswa Banten Se-Bogor Raya



Dramaga-Bogor-Jawa Barat
05 Mei 2016
            Sebuah prestasi yang sangat membanggakan dan merupakan agenda puncak kegiatan KMB yaitu Gubernur Banten Bapak Rano Karno mantan aktor Si Doel beserata DPRD kota Bogor dapat memenuuhi undangan dari Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) se-Bogor Raya untuk mengunjungi Asrama banten yang berletakkan di Drama-Bogor-Jawa Barat. Momen ini tentu menjadi momen istimewa bagi  mahasiswa Banten selaku kaum yang dibebani Intelektual dan dituntut untuk berpikir lebih jauh untuk mencurahkan segenap Uneg-uneg terhadap pemerintahan banten, tentu tidak lain tidak bukan untuk memperoleh solusi kongkret menuju banten yang maju.
            Tepat pukul 10:30 bang Doel menginjankan kakinya di asrama Banten. Sambutan meriah pun ditampakan oleh segenap mahasiswa banten. Namun lucunya ketika para mahasiswa hendak menjalurkan tangannya untuk bersalaman kepada pak gubernur, pak gubernur malah mencari kamar mandi dahulu itulah kelucuan gubenur banten yang biasa disapa dengan bang Doel tersebut. Tak lama setelah itu gubernur pun langsung menaiki panggung yang sudah disediakan oleh segenap mahasiswa banten dengan sapaan salam dengan logat khasnya. Acara pun di buka oleh MC sudari Nurul mahasiswa Huhamka. Tak lama setelah itu MC pun langsung mempersilahkan ketua umum KMB se-Bogor Raya saudara kang Dasir Ibnu Ahmad : beliau begitu terbuka menjelaskan pergerakan mahasiswa banten se-Bogor Raya dengan segenapa kegejolakannya dan semangat yang memnggebu-gebu ujar kang Dasir ketua umum KMB se-Bogor Raya. Beliau menjelaskan dengan transparansi bahwa jumlah mahasiswa Banten yang menjadi mahasiswa di Bogor berjumlah 4.000 jiwa namun yang aktif sekitar 1.500 dikarenakan mobilitasnya rendah sebab kepengurusan KMB sendiri di bagi dua Kepengurusan yaitu kepengurusan pusat dan komisariat kampus masing-masing. Beliau dengan tegas menjelaskan program-program mahasiswa Banten yang menjunjung Tri Darama Perguruan tinggi yaitu pendidikan, riset dan pengabdian namun ujarnya yang dilakukan mahasiswa banten terhadap Bogor fokus pada pengabdian masyarakat baik masyarakat Bogor itu sendiri dan masyarakat Banten sebagaimana slogannya “Dimana bimi dijunjung disitu kita dipijak” karena ujarnya ketika mahasiswa sudah fokus pada pengabdian masyarakat maka pendidikan dan risetpun akan mengikuti dengan sendirinya. Beliau menerangkan bahwa ada beberapa program pengabdian yang sudah dilaksanakan mahasiswa banten se-Bogor Raya diantaranya kemah bakti mayarakat Banten, patepung Riung, penanaman pohon serta malam keakraban Mahasiswa Banten Se-Bogor ’’meski untuk melaksanakan program tersebut hanya modal nekad yang dijunjung” ujarnya, dan masih banyak lagi program pengabdian dan pengembangan SDM yang akan terus diimplementasikan oleh mahasiswa Banten se-bogor raya ujuar kang Dasir Ketua Umum KMB Se-Bogor Raya. Mendengar paparan kang Dasir, Rano Karno atau yang biasa dipanggil Bang Doel tersenyum seraya menampakan kebahagiaannya terhadap mahasiswa Banten di Bogor.
            Kang Dasir pun tak segan-segan mencurahkan segala kelu kasahnya terhadap setiap kegiatan KMB Bogor yang hanya Modal nekad, beliau dengan santun meminta dukungan Pemprov Banten untuk mendukung baik secara moril maupun materil terhadap setiap kegiatan banten terlebih dalam pembangunan asrama yang menjadi tempat kediaman mahasiswa Banten di Bogor, bang Doel pun hanya bisa menganguk seraaya memberi harapan kepada seluruh mahasiswa Banten se-Bogor Raya.
            Setelah sambutan kang dasir ketua umum KMB se-Bogor Raya acara pun di lanjutkan oleh MC dengan sambutan dari Rano karno (Gubernur Banten). Isi sambutan beliau cenderung menjelaskan dengan detail potensi provinsi Banten yaitu potensial tempat wisata dan strategis wilayah yang dilalui selat sunda dengan dilengkapi pelabuhan dan bandara Sukarno-Hatta. Beliau menerangkan bahwa provinsi Banten sangat potensial sebagai sasaran investasi dan alhamdulillah beliau mampu membuka peluang investasi tersebut kepada negara Australia yang merupakan pertama kalinya Australia membuka jalur investasi terhadap indonesia yang bertepatan di provinsi Banten. Beliau pun menjelaskan bahwa Indeks Pembangunan manusia (IPM) meningkat dari yang tadinya peringkat 23 menjadi peringkat 8 meski hal demikain masih terlihat rendah untuk sekala provinsi tapi baginya hal tersebut sudah merupakan gerakan hebat dan kebahagian tersendiri bagi pemprov Banten.
            Beliau pun menerangkan potensi Banten di sektor laut, Banten merupakan wilayah yang dikelilingi lautan yang indah sebagai wisata dan diandugrahkan kekayaan alam yang melimpah dengan terdapatnya macam-macam ikan laut. Namun, meski demikian beliau sempat mengeluh dikarenakan masih banyak masyarakat Banten yang tidak memumpuni dan tidak memiliki kemampuan ahli sehingga mau tidak mau masyarakat Banten hanya mampu menjadi pesuruh saja seperti tukang sapu dan lain sebagainya. Baliau pun menerangkan bahwa masyarakat Banten perlu di bina dalam strategi ekonomi jangan sampai para wisatawa kapok mengunjungi banten yang sudah susah payah dipromosikan oleh pemprov Banten dikarenakan bingung tanpa ada yang menuntun “masyarakat Banten ga bisa Bahasa asing” ujarnya. Maka beliau pun menegaskan bahwa masyarakat Banten wajib menguasai bahasa asing diantaranya inggris, cina, jepang, karena kedepannya Provinsi Banten akan menjadi pusat penelitian dan wisata di Indonsia yang akan mengalahkan Bali. Beliau pun menegaskan ”jangan sampai para touris kapok dengan harga teh botol senilai Rp. 80.000, dengan dalih senin sampai jumat sepi ya maka terpaksa para pedagang menaikan harga pada hari libur”. Beliau pun menegaskan bahwa masyarakat banten harus memperbaiki Mindset nya. Masyarakat Banten harus berpikir maju untuk Banten dan memaksimalkan potensi Banten yang menjadi pusat penelitian, wisata dan kebudayaan, jangan sampai masyarakat Banten dikelabuhi oleh masa lalu “ yang lalu biar lah berlalu, Banten yang sekarang untuk menuju masa depan Banten yang maju” . beliau pun memaparkan peluang-peluang kerja bagi masyarakat Banten sesuai dengan kemampuan ahlinya masing-masing, kemudian beliau menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Banten itu saat pertumbuhan ekonomi nasional menurun namun pertumbuhan ekonomi Banten malah meningkat. beliau pun mencurahkan isi hatinya kepada mahasiswa yaitu sudah biasa Banten di kucilkan, sudah biasa Banten di cuekan, tapi yang jelas kita sebagai warga banten harus terus bekerja optimal untuk Banten. Beliau pun memaparkan prestasinya sebagai Gubernur Banten terhadap salah satu bentuk kepeduliannya terhadap mahasiswa Banten yaitu mengunjungi segenap mahasiswa Banten di Al Azhar University, UIN Syarif Hidayatullah Ciputat-Banten dan insyaallah kedepannya setelah selesai dari kunjungan ke Asrama Banten beliau pun akan segera memnuhi undangan dari kumpulan mahasiswa Bnten yang ada di Jogjakarta dan Bandung, begitulah sambutan singkat dan padat dari Gubernur Banten Rano Karno.
            Setelah sambutan-sambutan sudah dilaksanakan MC pun melanjutkan ke agenda selanjutnya yaitu dialog umum yang di pandu oleh kang dayat salah satu senior KMB Bogor. Dengan wajah khas Banten kang Dayat pun mempersilahkan kepada seluruh audient yang terdiri dari mahasiswa sarjana maupun pasca sarjana. Tiga sesi pertanyaan pun di buka oleh kang dayat. Pertanyaan pertama pun di awali oleh seorang mahasiswa Banten asal Serang yaitu Ramdani yang berkuliah di Institut Pertanian Bogor Fakutas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Ramdani dengan tenang menjelaskan curahan hatinya bahwa dirinya selalu di bully oleh teman-teman kampusnya dikerenakan Banten menjadi provinsi yang memproleh predikat IPM terendah, Ramdani pun dengan lantang menjelaskan bahwa untuk meningkatkan IPM provinsi Banten bukan hanya tugas pemerintah Banten semata tapi tugas kita semua sebagai kaum intelektual yang harus terus berkolaborasi dengan pemerintahan provinsi Banten. Ramdani pun memberi pernyataan bahwa mahasiswa Banten sebenarnya sangat prestatif dan aktif namun sayangnya para mahasiswa Banten tidak memahami potensial dan peluang untuk membangun Banten sehingga mereka enggan mengabdikan dirinya pada Provinsi Banten, maka solusi kongkret nya yaitu dengan memaksimalkan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pelatihan softskill yang harus dilakukan oleh KMB. Namun tentu untuk menyukseskan kegiatan KMB pemerintahan Provinsi Banten perlu mendukung baik dalam bentuk moril maupun materil. Pertanyaan kedua diajukan oleh Mahasiswa asal kota Serang saudari Ranti dari IPB fakultas Ekonomi Menejemen, Departemen Ekonomi Syariah. Ranti bertanya adakah beasiswa atau bantuan pendidikan yang disalurkan oleh Pemprov Banten soalnya dia melihat bahwa pemprov lain menyalurkan bantuan pendidikan terutama Jawa Barat. Hal itu ditanyakan Ranti karena dia akan melakukan kegiatan Student Exchange ke Taillan namun dia pesimis karena tidak ada bantuan dari pemprov Banten. Ranti pun menerangkan bahwa banyak mahasiswa asal Banten yang berprestasi dan hendak melaksanakan hal yang sama, maka Ranti pun menegaskan agar pemprov Banten menjelaskan dengan detail terhadap pertanyaannya tersebut karena pertanyaannya menyangkut pengembangan kualitas mahasiswa asal Banten dalam segi pendidikan. Selanjutnya pertanyaan terakhir pada sesi pertama yaitu dia ajukan oleh saudara Rio mahasiswa IPB asal Banten. Rio bertnya mengenai pembangunan infrastruktur yang belum maksimal karena di Banten masih banyak jalan dan jembatan yang rusak dan penjelasan mengenai potensi pengembangan ekonomi khusus.
            Sesi pertma pun telai usai kini giliran pak gubernur menjawab aspirasi-aspirasi mashasiswa asla Banten tersebut. Pertanyaan pertama dari saudara Ramdani beliau jawab dengan tegas bahwa sudah biasa Banten di Bully karena pola pikir masyarakat Indoensia sudah buruk terhadap Banten. Yang terpenting yang perlu diketahui bahwa mulai tahun 2016 banyak terjadi peningkatan di pemprov banten diantaranya IPM yang membaik dari tahun sebelumnya, APBD yang terus meningkat hingga mencapai 4 triliun/tahunnya, dan kedepannya masyarakat Banten harus terus berupaya untuk memajukan mindsetnya bahwa Banten sekarang bukan banten yang dulu karena kedepannya Provinsi Banten akan menjadi pusat perhatian para investor asing, kemudian beliau menegaskan siap mendukung setiap program KMB yang mengarah terhadap mengembangan SDM dan pengabdian masyarakat “tinggal nanti diatur saja oleh ketua umum mengenai kegiatannya dan dikomunikasikan saja ke pemprov Banten, dan pemprov Banten siap memfasilitasi dalam bentuk peralatan kesenian dan kebudayaan yaitu rampak bentuk d.l.l” ujar Rano Karno dalam menjawab peranyaan Ramdani. Kemudian beliau pun langsung menjawab pertanyaan ke dua dari saudari Ranti dengan tegas bahwa sebenarnya ada bantuan pendidikan yaitu untuk tingkat sarjan sebesar 300 kuota, pasca sarjana 150 kuota, tinggal nanti dikonsolidasikan saja para pemerintahan daerah karena penerimaan beasiswa harus melalui mekanisme pemerintahan daerah dengan standarisasi tersendiri, kalo mekanismenya sudah jelas maka pemprov Banten akan langsung menyalurakan beasiswa tersebut.mkemudian mengenai student exchangebeliau mendukng kegiatan tersebut “Lanjutakan” ujarnya. Kemudian persoalan bantuan silahkan konsolidasikan dengan pemerintahan daerah. Kemudian pertanyaan terakhir disesi pertama dari saudara Rio langsung dijawab pak Rano karno. Maslah pembangunan infrastruktur akan segera direncanakan dan beliaupun menegaskan bahwa dirinya baru menjabat sebagai Gubernur baru kemarin sejak Agustus 2015, “ribet loh menjadi pemagku jabatan yang diikat kasus hukum selama 1,5 tahun”  ujarnya dalam menjawab pertanyaan saudara Rio.
            Selanjutnya sesi kedua pun dibuka oleh kang dayat senior KMB empat pertanyaan. Pertanyaan pertama pada sesi kedua pun diawali oleh pertnyaan saudara yusuf darai IPB. Yusuf memberi pernyataan bahwa di kampus IPB ada yang namanya OMDA atau Organisasi Daerah yang menampakan persaingan antar OMDA yang sengit dengan men Show segala kemajuan daerah. Kalo di IPB sendiri terdapat dua agenda OMDA terdekat yang akan dilaksanakan yaitu Gebyar Nusantara (Genus) dan Festifal Buah dan Bunga Nusantara (FBBN), dalam acara tersebut OMDA diberi mandat dan kewajiban untuk menamoilkan kebudayaan dan hasil buh dan bunga, tentu dengan jelas para OMDA melaksanakan persaingan bergengsi untuk menunjukan cutra baik Daerahnya. Pertanyaannya apakah pemprov banten siap mendukung baik dalam bentuk moril maupun materil untuk acara bergengsi tersebut karena sejujurnya kami sangat mengharapkan dukungugan tersebut. Kemudian, pertanyaan kedua diajukan oleh alumni mahasiswa IPB yang baru lulus tahun kemarin yaitu saudara Rifqi (mantan ketum KMB Bogor). Terlebih dahulu Rifqi mengajukan sebuah pernyataan bahwa dia pernah melakukan riset terhadap potensi daerah ujung kulon dan tejung lesung, Rifqi sangat melihat jauh mengenai potensi tersebut bhkan beliaupun berpendapat bahwa mahasiswa bukan lagi mencari pekerjaan ketika sudah lulus tapi dengan tegas Rifqi menyatakan bahwa para sarjana harus menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Banten khusunya. “Namun beliau menyatakan bahwa ada masalah dala penyaluran modal soalnya ketika Rifqi meminjam modal ke Bank banyak sekali hambatannya diantaranya harus menjadi nasabah minimal 2 tahun lah dan lain sebagainya” ujar Rifqi dengan tegas meminta pak gubernur menanggapi keluhannya. Kemudian  pertanyaan selanjutanya pun di ajukan oleh kang Nurul Hayat merupakan mahasiswa pasca sarjana sekaligus Dosen Untirta, tak bosan-bosan lagi-lagi para penanya mengajkan pernyaataan terlebih dahulu, kang Nurhayat sempat menyatakan dengan nada tegas bahwa bang Doel adalah budayawan sejati yang menjunjung tinggi kebudyaan. Kemudain maslaha kebudayaan di Banten kang Nurhayat menyatakan dirinya pernah melakukan kegiatan diskusi dengan para sosiolog dan para dosen UI yang hendak melaksanakan riset di Baduy, bahwa para ilmuwan pun menyatakan kesalahannya telah mengeksplor kebudayaan Banten yang tidak menjunjung tingggin kearifan lokal. Bahwa sebenarnya masyarakat Baduy sangat mengharapkan para ilmuan yang melaksanakan riset atau para wisatawan yang berkunjung melalui proses adat dan meyesuaikan budaya daerah tersebut. Beliaupun dengan tegas menyatakan bahwa masyarakat Baduy sebenarnya tidak ingin membuat KTP karena sejatinya KTP mereka adalah ideentitas mereka yang melekat pada budaya mereka yang diwujudkan dalam bentuk pakaian khas atau yang sering kita lihat yaitu penutup kepala yang bercorak batik biru, maka harapannya kedepannya ada plestarian kebudayaan dengan menerapkan kebijakan wajib dihari tertentu mayarakat Banten berpakaian kebudayaan , kemudian masyarakat Baduy pun sebenarnya tidak ingin di pasang tugu patung yang jauh tidak sesuai dengan ciri khas dan kebdayaannya. Maka dengan tegas Nurhayan pun meminta tanggapan kepada Bang Doel selaku penjunjuang tinggi kebudayaan. Kemudian pertnyaan ke tiga pun dianjukan oleh saudara Ade mahasiswa aslal banten yang berkuliah di El-Rahma Education Center yaitu mengenai keadaan daerahnya, Ade pun menyatakan sebuah slogan bahwa “Rumput tetangga lebih hijau” beliau menyatakan bahwa pabrik-pabrik di daerahnya (Cikotok) tidak memperhatikan lingkungan terbukti dengan pencemaran limbah yang merugikan masyarakat sekitar dalam mendapatkan air bersih dan suasan yang sudah tidak lagi asri. Ade pun menegaskan agar pemprov Banten memperhatikan daerah perbatasan secara khusus.
            Selanjutnya pak gubernur pun langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pak Rano langsung menjawab pertanyaan saudara Yusuf mengenai dukungan pada setip kegiaan kampusnya, dengan tegas pak gubernur siap mendukung dan kedepannya acara-acara kesenian dan kebudayaan tersebut harus diprioritaskan bila perlu kedepannya pemmprov Banten akan menyediakan perlengkapan-perlengkapan kebudyan tersebut seperti sanggar budaya. Lanjut ke pertanyaan ke dua dsari saudara rifqi masalah peminjaman modal yaitu hambatannya Banten belum memiliki Bank sendiri karena bank banten masih gabung dengan jawa barat yaitu bank Jabarbanten yang sebenarnya pemasukan yang besar itu dari banten sekita 70%, kedepannya banten akan memiliki Bank sendiri dan beliupun sempat memberikan motivasi kepada Rifqi untuk terus berusaha  mengimplementasikan cita-citanya dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Lanjut ke jawaban pertanyaan ke tiga dari kang Nurhayat pak Rano Karno menerangkan bahwa sebenarnya identitas Banten itu apa? Badak kah, Majid Banten lama kah atau apa? Nah masalahnya Banten itu tidak punya identitas yang sebenarnya mengenai kebudayaan seperti jakarta yaitu Monas, Jogja yaitu candi. Maka jika kita sepakat bahwa identitas Banten adalah masjid Banten Lama maka ya sudah seharusnya kita membenai identitas tersebut , “ga mau kan jika identitas Banten itu dakamnya kotor, kumuh, jorok” ujarnya, maka kedepannya pemprov Banten akan membenai identitas tersebut minimal luarnya. Kemudian mengenai kebudayaan banten banyak lah kendala untuk melestarikan kebudayaan tesebut banyak anggapan kuno kristenisasi lah d.l.l dan persoalan KTP masalhnya itu mengenai identitas agama, nah ini lah yang menjadi permasalahan mengapa masyarakat Baduy enggan membuat KTP. Kedepannya pemprov banten akan memaksimalkan dengan sisa waktu yang ada untuk meletarikan kebudayaan Banten. Kemudain menjawab pertanyaan Fatoni beliau siap memberi perhatian lebih terhadap daerah perbatasansengan sisa waktu yang ada, orang aset terbesar kita sebenarnya yan di daerah perbatasn seperti bandara sukarno-hatta.
            Sesi dialog pun telah usai dengan sedikit lelucon yang dilakukan oleh kang Dayat yang membuat para audient tertawa terbahak-bahak. Kemudian dilanjutakan ke sesi selanjutanya yaitu penanaman phon oleh Gubernur Banten dan Wkil DPRD Bogor ditelataran halaman asrama mahasiswa banten. Dilanjutakan ke acara makan-makan dengan ciri khas Banten yaitu makan babarengan, ririungan dengan nasi liwet yang diwadahi oleh daun dengan lauk emas, jengkol gooreng, ikan teri, tempe goreng, lalab dan sambal pedas buatan Mpok ketring asal betawi. Gubernur dan para mahasiswa pun terlihat sangat menikmati momen langka tersebut yang di ramaikan pula o;eh ormas Banten BPKB serta para media. Setelah sesi makan usai di lanjut ke sesi foto-foto terlihat antusiasme audient untuk dapat berfoto dengan gubernur Banten yang sekaligus mantan arktor film bang Doel anak sekolah ini. Terdengar nyeleneh dari mahasiswa Banten “Beruntung lah boga Gubernur artis’’. Berikut rangkaian acara silaturahmi gubernur banten Pak Rano Karno beserta aparatur pemerintah lainnya yaitu kang Rizal (KanHub) dan DPRD beserta staff jajarannya yang dibeking oleh komunitas Bogor  hejo dan media. Acara silaturahmi pun telah usai kemudian pak gubernur pun menyempatkan untuk mengecek keadaan asrama mahasiswa banten dengan segenap janji akan memperluas asrama hingga akan membuat asrama untuk mahasiswa putrinya. Taklama itu pak gubenur pun melanjutakan perjalanan pulang, sungguh sangat terlihat dari wajah Rano Karmo yang mencerahkan kebahagiaan mampu mengunjungi mahasiswa Banten yang di Bogor. Selanjutnya KMB akan melaksanakan kegitan refreshing yaitu jalan-jalan ke Anyer pada tanggal 28-29 Mei 2016.



Penulis Realise            : Ramdani
Kantor Redaksi           : Sekretariatan Asrama Banten



PEMBANGUNAN DITANGAN PEMUDA


Oleh : Wakyudi, SP.M.Si
Pemimpin muda kata yang terdengar sangat hebat dan berpengaruh. Menjadi pemimpin di usia muda adalah sesuatu yang pastinya membanggakan. Ditangannya lah nasib apa yang dipimpinnya, tanggungjawabnya begitu besar disaat usianya masih tergolong sebagai pemuda. Masa muda yang dicap sebagai masa untuk bersenang-senang kini tak bisa dibuktikan. Sebenarnya, jika konteksnya adalah menjadi seorang pemimpin, muda dan tua sama saja. Sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Tanggal 28 Oktober 1928 yang lalu, sejarah bangsa ini barangkali diawali oleh sekelompok pemuda dengan visi besarnya membangun kesadaran cinta tanah airnya, akhirnya mendeklarasikan sebuah janji, yang kemudian terkenal dengan sebutan sumpah pemuda. Ya, sumpah pemuda yang pada tahun ini sudah 82 diperingati. Namun, pemuda – pemuda visioner dan idealis ketika itu, barangkali saat ini berganti dengan pemuda Indonesia yang berkarakter pragmatis. Sejarah mencatat bahwa generasi muda adalah generasi pahlawan yang memberikan solusi konkret bagi perbaikan masyarakat, bangsa dan Negara. Kalau kita lihat lagi kebelakang, banyak pemuda – pemuda yang memberikan inspirasi tentang jiwa kepahlawanannya, jiwa patriotism yang diiringi dengan semangat membara, optimis, dan pantang menyerah. Kepemimpinan pemuda saat ini sangat di butuhkan terapi proses pembangunan bangsa dan negara. Berbagai masalah kehidupan bangsa Indonesia saat ini membutuhkan pemimpin pemberani dan ekstra. Namun pada kenyataannya bangsa ini sedang krisis kepemimpinan terlebih kepemimpinan kaum muda
 Bangsa ini sedang terkena penyakit akut bernama korupsi. Menurut data dari Transperency Internationial, Indonesia bersama Kenya menempati urutan keenam dalam kategori kasus korupsi. Bahkan disalah satu institusi yang seharusnya tidak terjadi praktik korupsi dan suap, tetapi terkadang malah terjadi. Dari aspek kesejahteraan rakyat, Indonesia masih jauh dari layak. Angka pengangguran masih tinggi. Demikian dengan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan hasil survey Human Development Index (HDI) atau indeks pembangunan manusia di 179 negara didunia, Indonesia hanya menempati urutan ke 109. Sedikit gambaran, bahwa indicator penilaian HDI adalah dengan mempertimbangkan 4 dimensi dasar manusia, yaitu usia, pola hidup sehat, pendidikan, dan standar penghidupan yang layak. Dari empat dasar tersebut, Indonesia semuanya masih rendah.
Perspektif Peran Pemuda dalam Pembangunan
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda yang memiliki terminologi beragam. Untuk menyebut pemuda, digunakan istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional.
Dalam pendekatan ekosferis, generasi muda atau pemuda berada dalam status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai generasi yang berlalu (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.  
 Pemuda memiliki peran yang lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan ‘kebersihan’-nya dari noda orde masanya.    
Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa. Melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda berikrar untuk mengakui satu bangsa Indonesia. Angkatan 1945 menjadi angkatan yang mendorong lahirnya negara baru bernama Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Angkatan 1966 melakukan koreksi terhadap kepemimpinan nasional yang dipicu oleh pemberontakan PKI. Angkatan 1966 juga dianggap sebagai penyelamat atas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Angkatan 1974 menjadi angkatan yang mengoreksi kebijakan pemerintah Orde Baru hingga Angkatan 1998 sebagai pendobrak otokrasi yang dilakukan oleh Presiden Soeharto. Lewat gerakan Reformasi, kembali peran pemuda diharapkan muncul sebagai ‘penyelamat krisis’ bangsa.
Melihat peran pemuda tersebut, posisi pemuda sebagai salah satu elemen bangsa adalah sangat urgen. Krisis ekonomi yang merembet ke krisis multidimensi ini belum berakhir. Pemuda yang menjadi penggerak pada setiap zamannya, kembali dituntut untuk tampil, meski tantangan yang dihadapi selalu berbeda.
Indonesia Baru: Generasi Pemimpin Politik 2014
Pasca riuhnya pemilihan legislatif dan pemilu presiden, harapan masyarakat yang menyeruak  semakin membesar. Tidak kita pungkiri, semua lini kehidupan bangsa ini diputuskan dan dibijaki pertarungan yang bernama politik. Sejatinya, inilah pergumulan antara yang baik dan buruk, yang bersih dan kotor, dan antara yang benar dan salah. Baru saja rakyat Indonesia telah menyaksikan moment pergantian pemimpin politik bangsa ini baik DPRD mapun DPR RI, tentunya harapan harapan baru mereka juga munjul seiring dengan maslah di semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilu bukan hanya sekedar pesta demokrasi, namun bisa dilihat sebagai evaluasi mengenai keputusan kita terhadap pemimpin yang lalu, sehingga hasil tersebut dapat menjadi pijakan putusan kita untuk memilih pemimpin yang akan datang. Harapan Indonesia baru terletak di tangan para pemimpin-pemimpin yang akan dihasilkan ini. Pemimpin Indonesia baru itu bukanlah orang lama, sistem yang lama, lalu dibingkai dengan kemasan yang baru. Pemilu memberikan kesempatan kepada kita untuk memulai sesuatu yang baru –Indonesia Baru- lewat gagasan-gagasan mereka yang terbarukan. Katakalah itu sebagai gagasan Indonesia Emas, Indonesia Unggul, dan semacamnya. Disinilah letak peran semua warga membangun demokrasi Indonesia demi penyehatan bangsa ini di masa yang akan datang. Dimulai dengan partisipasi publik secara menyeluruh.
Secara umum, dari segi usia, pemilih Indonesia sebetulnya tergolong muda. Yang berusia di bawah 50 tahun berjumlah tak kurang dari 70 persen dari seluruh pemilih. Para pemilih ini sudah cukup lama tersosialisasi dengan demokrasi dalam era reformasi, yaitu  sejak mereka berusia 35 tahun (sejak 1998) atau lebih muda lagi. Dengan kata lain, bahkan pemilih tertua di kelompok 70 persen ini telah mengalami dan terekspos dengan nilai- nilai dan praktik demokrasi sejak usia yang sangat muda. Tidaklah mengherankan jika sebagian besar pemilih menunjukkan sikap dan atau penilaian terhadap politik dan demokrasi yang tak berbeda jauh dengan rekan-rekan mereka di negara demokrasi lain. Mereka umumnya memiliki cara berpikir yang terbuka (open minded), kritis, dan kosmopolitan. Mereka juga cenderung bergaya hidup urban dan lebih religius. Tak kalah penting, mereka cukup sadar dengan dan mengikuti sejumlah perkembangan politik nasional.
            Seperti di negara demokrasi lain, dukungan kaum muda terhadap demokrasi sangat tinggi. Lebih dari 70 persen dari mereka mendukung dan menganggap demokrasi cocok untuk Indonesia (Liddle dan Mujani, 2013). Menurut data Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), angka ini lebih tinggi dibandingkan dukungan rakyat Indonesia secara umum kepada demokrasi (69 persen). Dalam demokrasi di Asia, dukungan ini lebih rendah dibandingkan Taiwan (74,8 persen) dan Korea (82,2 persen), tetapi lebih tinggi dibandingkan Filipina (62,4 persen).  
            Sedikit berbeda dengan generasi yang lebih dewasa ketika rezim Soeharto jatuh, kaum muda atau pemilih yang saat ini berusia 25 tahun ke bawah memiliki sikap dan gaya hidup tersendiri. Beberapa sikap menonjol mereka adalah kurang perhatian pada masalah-masalah nasional (57,4 persen, Kompas, 2011). Karakteristik menonjol yang lain yang dimiliki pemuda adalah ketergantungan pada teknologi. Tidak kurang dari 14 jam per minggu mereka habiskan untuk kegiatan yang terkait dengan teknologi (Nielsen, 2011).
Dengan sejumlah karakteristik ini, dapat dikatakan, politik dan demokrasi bukan hal asing bagi kaum muda. Dengan memperhatikan sikap dan kecenderungan mereka, peristiwa politik dan demokrasi, termasuk pemilu, dapat dijadikan media sosialisasi yang lebih jauh sehingga pendalaman dan praktik demokrasi dapat terus terpelihara untuk masa menengah dan panjang. Walhasil, pada gilirannya kaum muda ini dapat menjadi aktor yang berperan penting dalam penyebaran nilai-nilai dan praktik demokrasi di Indonesia. Konsolidasi demokrasi, karenanya, memperoleh jalannya untuk terus melaju. Dukungan politik kaum muda pada Pemilu 2014 tampaknya juga tak akan berbeda jauh dengan kecenderungan pemilih Indonesia secara umum. Pesan pokoknya sama: kaum muda, seperti rakyat Indonesia umumnya, ingin praktik politik yang lebih demokratis, kepemimpinan alternatif, dan lebih muda Tren dukungan itu cukup stabil selama lebih dari setahun terakhir (SMRC, 2012, 2013). Sebanyak 50-60 persen dukungan kaum muda tersebar hampir merata di empat partai PDI-P, Golkar, Demokrat, dan Gerindra.
Penulis :
Sekjen IKAMC. Ikatan   Mahasiswa Cilangkahan (IMC) Kabupaten Lebak
Ketua Kajian Strategis Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bogor.
Mahasiswa Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB)

  


Monday, 30 May 2016

KRITIS TRANSISI PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI BANTEN


                       
Oleh : Wakyudi, SP, M.Si

Pembangunan daerah pada dasarnya merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara terencana, bertahap dan berkesinambungan yang bertujuan untuk kesejahtraan rakyat dalam semua aspek kehidupan  seperti, pengembangan ekonomi dan peningkatan sumberdaya manusia.
Proses pembangunan daerah perlu keterkaitan antar sektor diantaranya  infrastruktur, pemerataan pembangunan kewilayahan, pengelolaan sumberdaya alam  dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Hal ini diharapkan dapat bermanfaat bagi percepatan akselerasi pembangunan secara nasional. Sementara itu, pembangunan daerah sebagai hak otonomi daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional sekaligus hak penentuan arah pembangunan daerah itu sendiri. Pembangunan daerah tidak terlepas dari peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sumberdaya alam yang dimiliki serta optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatannya.
Masalah yang mendasar yang sering dijumpai dalam proses pembangunan daerah termasuk Provinsi Banten   adalah persoalan  transparasi, partisifasi aktif dan kontrol sosial bagi segenap lapisan pembangunan. Peningkatan partisifasi, kepedulian dan kontrol sosial akan bermuara pada pencapaian target – target pembangunan yang prestatif dan berkelanjutan. Wacana ini merupakan telaah dan kritik pembangunan daerah dari hasil  rekomendasi     pelaksanaan Muasyawarah Besar (MUBES) Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bogor pada 21-22 Maret 2015 yang selanjutnya dijabarkan pada poin- point berikut dibawah ini.
Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Pandangan masyarakat pada umumnya terhadap kuantitas dan kualitas pembangunan belum sepenuhnya mendapat respon positif. Oleh karenanya dalam proses pembangunan dan pelaksanaan roda pemerintahan penting melibatkan masyarakat dalam hal partisifasi, kepedulian dan kontrol sosial.
Pembangunan merupakan suatu proses kompleks yang memiliki sifat multidimensional sehingga penangananan harus dilakukan secara terintegrasi, lintas sektoral dan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan proses pembangunan. Dengan demikian proses pembangunan Provinsi Banten   harus ditingkatkan kualitasnya dengan melibatkan unsur - unsur non pemerintahan seperti organisasi kemasyarakatan, kepemudaan dan kemahasiswaan maupun organisasi profesi sehingga kebijakan-kebijakan pembangunan dapat direncanakan melalui proses top-down policies.
Provinsi Banten merupakan wilayah yang sangat strategis jika dilihat dari jalur kewilayahan di Indonesia. Provinsi Banten merupakan jalur penghubung antara pulaudan kota besar Sumatra dan Jawa serta merupakan daerah penyangga  ibukota Jakarta, hal ini merupakan aset yang jarang dimilki daerah lain. Oleh karenanya pembangunan harus melihat karakteristik kewilayahan.
Provinsi Banten memilki potensi sumberdaya alam yang melimpah diantaranya pertambangan dan energi, perdagangan, dan pariwisata. Dengan demikian Pembangunan Provinsi Banten harus berbasis sumberdaya alam yang dimilikinya.
Berbagai potensi pembangunan Provinsi Banten sudah dianggap cukup. Namun pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat serta roda pemerintahan dianggap masih belum maksimal. Berbagai persitiwa saat ini mengenai kepemimpinan pemerintahan Provinsi Banten memberikan berbagai pengaruh negatif terhadap implikasi keberlangsungan pembangunan itu sendiri. Berbagai kasusu korupsi,  gizi buruk, pendapatan masyarakat yang rendah serta pemerataan pembangunan wilayah di Provinsi Banten merupakan isu yang sangat timpang dengan kondisi potensi daerah itu saendiri. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kualitas generasi muda merupakan harga mati demi keberlangsungan pembangunan daerah.
Dana bagi pelaksanaan pembangunan daerah sebagian besar bersumber dari pendapatan Asli Daerah (PAD) yang perlu kontrol akan pemasukan, pengelolaan terutama penggunaan anggaran tersebut hingga alokasinya tepat sasaran. Selain itu Masalah ketenagakerjaan merupakan bagian dari masalah pembangunan fisik dan sosial di perkotaan dan pedesaan sehingga perlu diperhatikan mengenai perluasan peluang ketenagakerjaan dan peningkatan kualitas pekerja. Pengembangan usaha kecil dan usaha rumah tangga merupakan formulasi kebijakan dalam peningkatan pendapatan rumah tangga guna meningkatkan indeks pembangunan manusia.
Pengembangan lembaga pendidikan merupakan prasyarat dari pengembangan pembangunan sektor lainnya seperti industri, ekonomi, sosial budaya dan hukum. Dengan demikian pentingnya peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Provinsi Banten serta kualitas mutu hasil proses pendidikan.
Pembangunan budaya adalah rangkaian proses pembangunan daerah sehingga perlu kiranya pelestarian cagar budaya dan segala aspek kegiatanya, hal ini merupakan bagian dari proses pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Persoalan Birokrasi antara Politik dan Administrasi
Eksistensi birokrasi publik bagaimanapun sangat diperlukan bagi tegaknya proses pembangunan daerah. Dalam proses pembangunan yang dipimpin hasil dari demokrasi adalah bagaimana birokrasi menempatkan diri atau ditempatkan dalam sistem politik. Dalam sistem politik demokrasi liberal birokrasi adalah subordinate dari kepemimpinan politik dimana seluruh tidakannya ditujukan untuk melaksanakan semua aturan atau perintah dari politisi. Secara teoritis birokrasi tidak dapat atau tidak boleh memberikan kontribusinya pada pengambilan kebijakan dan tidak boleh pula berpihak pada kelompok tertentu dalam masyarakat (Carino 1984).
Melihat pernyataan diatas, tampak pentingnya konsep netralitas birokasi perlu dipikirkan kembali guna mencapai proses politik dan pembangunan yang ideal. Netralitas yang dimaksud adalah dibersihkannya keterlibatan birokrasi dalam permaianan politik. Birokrasi mungkin akan tetap diperlukan kontribusinya dalam pengambilan kebijakan publik namun tidak dibenarkan berafiliasi dalam sistem politik.  Dikarenakan dengan sumberdaya yang dikuasai, birokrasi dapat melakukan mobilisasi dukungan politik secara efektif terhadap langkah – langkah strategis yang diambil dan mencidrai demokrasi pembangunan.  
Transisi Kepemimpinan dan Partisifasi Politik Pemuda
Masa transisi mengacu pada suatu masa yang cenderung pendek, ketika terjadi perubahan dari suatu kondisi ke kondisi berikutnya termasuk transisi kepemimpinan.
Berbicara transisi, Provinsi Banten sepertinya terus berada dalam transisi demokrasi karena tidak ada pemerintahan yang kuat dengan pemimpin yang tangguh dan berintegritas untuk mengakhiri situasi menuju konsolidasi demokrasi. Para analis politik menyingkapkan, saat ini banyak pihak prihatin dengan kondisi pembangunan daerah di Indonsesia, maraknya kasus korupsi di daerah menjadi bukti betapa Indonesia krisis kualitas kepemimpinan termasuk daerah Provinsi Banten.
Pembangunan daerah pada masa Gubernur Ratu Atut Chosyah selama lebih dari 2 kali periode menyimpan aneka anomali politik. Salah satunya adalah masifnya praktik korupsi. Hadirnya era reformasi dan  pembangunan otonomi daerah, rakyat menaruh harapan besar bahwa pemerintah otonomi dapat mewujudkan kehidupan yang bebas dari korupsi, pelayanan masyarakat terjangkau dan pemerataan pembangunan daerah dengan pilar pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yakni supermasi hukum, HAM dan demokrasi. Namun kenyataan yang diterima tidak lebih apa yang telah diharapkan.
Dari sederet peristiwa dan penomena anomali tersebut bahwa inti dari permasalahan pembangunan daerah ini ditimbulkan oleh transisi kepemimpinan selang berganti waktu kualitas kepemimpinan tidak mampu menyelesaikan dan keluar dari masalah. Dengan demikian pentingnya pembangunan generasi  untuk ikut andil dalam berpartisifasi dalam kepemimpinan dan pembangunan daerah.
Pemuda, yang biasa disebut istilah young human resources sebagai salah satu sumber pembangunan. Mereka adalah generasi yang ditempatkan sebagai subjek pemberdayaan yang memiliki kualifikasi efektif dengan kemampuan dan keterampilan yang didukung penguasaan iptek untuk dapat maju dan berdiri dalam keterlibatannya secara aktif bersama kekuatan efektif lainnya guna penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembangunan. Meskipun tidak pula dipungkiri bahwa pemuda sebagai objek pemberdayaan, yaitu mereka yang masih memerlukan bantuan, dukungan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan efektif ke tingkat yang optimal untuk dapat bersikap mandiri dan melibatkan secara fungsional.
Partisifasi politik pemuda merupakan hal yang sangat vital dalam akumulasi pembangunan. Selain sebagai lokomotif generasi penerus pembangunan, pemuda bisa berperan aktif melalui organisasi-organisasi kepemudaan (OKP) dapat memberikan sumbangan konseptual dan ide-ide segar dalam memecahkan permasalahan proses pembangunan dan sekaligus dapat berfungsi sebagai mediator  dan kontrol sosial antara pemerintah dan masyarakat dalam proses pembangunan.
Pemuda memiliki peran yang sangat penting karena merekalah yang akan hidup dan meneruskan pembangunan masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logika dan kebersihan dari noda orde masanya.
Penulis :
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)
Ketua Kajian Strategis Pengurus Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bogor
Sekretaris Jendral Alumni Ikatan Mahasiswa Cilangkahan (IMC) Lebak



Thursday, 12 May 2016

POSISI PERAN KAUM INTELEKTUAL MUDA DALAM PEMBANGUNAN



 
 Oleh :Wakyudi, SP, M.Si
Dimasa sebelum kemerdekaan kaum intelektual terutama para kalangan intelektual muda memiliki posisi terhormat dimata kemanusiaan hingga mampu mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Posisinya cemerlang berangkat dari kekuatan ekpresif membela rakyat Indonesia yang tertindas. Hal tersebut bisa dilihat dari sejarah pergerakan – pergerakan pra kemerdekaan yang dipelopori para mahasiswa STOVIA melalui gerakan Budi Utomo, cita cita kemerdekaan Indonesia pertama kali dicetuskan orang orang terpelajar seperti Dowes Dekker, Tjiptomangunkusumo dll. Perhimpunan Indonesia di Negara Belanda merupakan arena memperjuangkan kemerdekaan Indonesia oleh para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di neraga kincir tersebut. Sumpah pemuda yang merupakan cikal bakal persatuan negara  Indonesia terbentuk tahun 1928 dipelopori kaum muda dan terpelajar.
Tidak terlepas dari peranannya, ketertarikan untuk mengupas keterkaitan masalah peranan pemuda dan kaum intelektual dewasa ini, melihat dari sisi aktual dan pundamental peranannya dikancah proses perjalanan bangsa Indonesia. Secara aktual di Indonesia terjadi himpunan militer dan intelketual dalam menggerakan roda pemerintahan Negara, peranan yang makin besar yang dimainkan kaum intelektual di Indoensia dalam masalah – masalah politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan seperti paham paham gerakan politik tanah air kebanyakan diintrodusir oleh kaum intelektual dan masalah – masalah perjuangan keagamaan perlu peranan kaum intelektual juga dildalamnya. Adapun secara pundamental sedemikian besarnya peranan perubahan sosial dimainkan para kaum intelektual. Melihat kondisi kedua potensi diatas, tinjauan pembahasan peran intelektual muda merupakan penting sebagai lokomotif teoritis menuju perubahan yang pundamental secara nilai dan aktual dalam menjawab persoalan pembangunan bangsa hari ini.
MODAL INTELEKTUAL DALAM PEMBANGUNAN
Modal intelektual kini dirujuk sebagai faktor penyebab sukses yang penting dan karenanya akan semakin menjadi suatu pumpunan perhatian dalam kajian strategi organisasi dan strategi pembangunan. Penyimpulan seperti ini dibasiskan di atas temuan-temuan tentang kinerja organisasi-organisasi, khususnya organisasi-organisasi yang padat pengetahuan (knowledge-intensive organizations) (e.g. lihat Bounfour and Edvinsson 2005; Lonnqvist dan Mettanen). Namun, pengalaman-pengalaman pada aras mikro organisasi ini kini juga mulai ditransfer pada konteks kemasyarakatan atau pembangunan pada umumnya. Tema inilah yang diangkat oleh Bounfour dan Edvinsson dalam Intellectual Capital for Communities (2005). Menyikapi mengapa modal intelektual didudukkan di tempat strategis dalam konteks kinerja atau kemajuan suatu organisasi atau masyarakat, mungkin pertama dapat kita rujuk dari fenomena pergeseran tipe masyarakat dari masyarakat industrialis dan jasa ke masyarakat pengetahuan. Drucker (1997, 2001) misalnya meramalkan datangnya dan sekaligus mendeskripsikan pergeseran ke arah era masyarakat pengetahuan (knowledge society) ini dalam bukunya Manajemen di Tengah Perubahan Besar. Dalam masyarakat tipe ini, pengetahuan, juga kapabilitas untuk belajar (learning capability), dan tindakan berinvestasi untuk maksud membangun basis-basis intelektual merupakan penggerak perubahan yang cepat dalam masyarakat dan karenanya manusia sebagai pekerja pengetahuan (knowledge worker) menjadi aktor utamanya. Vitalnya kedudukan pengetahuan dalam masyarakat baru ini telah disuarakan juga oleh Alfred Marshall dengan mengatakan bahwa pengetahuan adalah mesin produksi yang paling powerful (dalam Bontis 2005).
Konteks ’revolusi pengetahuan’ (Auber 2005) seperti itu, terjadi juga pergeseran model perekonomian ke arah ekonomi pengetahuan (knowledge economy) (Bounfour dan Edvinsson 2005, Aubert 2005) atau ekonomi pembelajaran (learning economy) (Lundvall 1996). Perekonomian yang berat- atau dicirikan pengetahuan memiliki tiga plus satu karakteristik kunci, yakni 1) riset dan pendidikan, 2) relasi ke pertumbuhan, dan 3) pembelajaran dan kapabilitas, serta 4) pentingnya perubahan, dominasi struktur yang lebih datar, dan modal sosial. Bank Dunia juga telah memulai program yang disebut sebagai Knowledge for Development untuk mendorong perkembangan negara-negara ke arah knowledge economy.
Kedua, pada tataran mikro perusahaan, tampaknya agak sulit untuk tidak menyertakan atau mengaitkan perkembangan ini di dalam konteks persaingan dan pencarian basis keunggulan kompetitif. Wacana kompetisi dan keunggulan bersaing mengalami pergeseran yang sangat signifikan dalam perkembangan kajian strategi bisnis dan pembangunan ekonomi. Mulanya dikenal teori keunggulan absolut dan keunggulan komparatif dalam konteks interaksi perdagangan atau perekonomian antar wilayah atau internasional. Kemudian muncul pemikiran brilian dari Michael Porter tentang keunggulan bersaing (competitive advantage) di era 1980an. Namun, pandangan Porter kemudian dianggap tidak mampu menjelaskan secara komprehensif fenomena keunggulan sebuah organisasi atau negara dari lainnya. Belakangan muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing yang dikenal dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view of the firm/RBV). Pandangan terakhir ini saya nilai sebagai yang relevan dalam konteks perekonomian yang kuat dicirikan oleh keunggulan pengetahuan (knowledge/learning economy) atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak-wujud (intangible assets). Fenomena kedua ini (konteks persaingan dan keunggulan bersaing) dapat dimengerti ketika setiap organisasi berupaya mencari strategi bersaing dan basis daya saing yang tepat untuk unggul. Konsep strategi itu sendiri, seperti didefinisikan Barney (2007), adalah berkaitan dengan teori sebuah organisasi tentang bagaimana ia berkinerja tinggi dan unggul di dalam bidang bisnisnya. Dalam wacana pencarian cara untuk unggul (baca: strategi), maka terjadi pergeseran pandangan dalam memahami strategi. Jika pada model yang dikembangkan Porter atau disebut pendekatan organisasi industri/OI, strategi adalah semata soal pemosisian di pasar. maka kelompok RBV menilai bahwa nilai ekonomis dan keunggulan kompetitif sebuah organisasi ekonomi terletak pada kepemilikan dan pemanfaatan secara efektif sumber daya organisasi yang mampu menambah nilai (valuable), bersifat jarang dimiliki (rare/scarce/unique), sulit untuk ditiru (imperfectly immitable/hard to copy), dan tidak tergantikan oleh sumber daya lain (non-substitutable) (Barney 1991, 2001, 2007; Lewin and Phelan 1999; Wright, McMahan, dan McWilliams 1992). Oleh karena itu, strategi bersaing harus diletakkan pada upaya-upaya mencari, mendapatkan, mengembangkan, dan memertahankan sumber daya-sumber daya strategis. Dua sumber daya strategis yang dimaksud adalah manusia (modal manusia) dan organisasi(organizational capital). Dalam istilah yang berbeda, kita lalu dapat menyandingkannya dengan konsep modal intelektual.
Pada intinya, terjadi perubahan-perubahan signifikan dalam lingkungan sekitar organisasi yang kemudian telah mendorong makin relevannya pembicaraan mengenai modal intelektual. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk membahas sejumlah hal di seputar konsep model intelektual ini untuk membangun pemahaman dan cara pandang terhadapnya, di samping untuk mendorong diskursus yang lebih jauh atasnya, termasuk untuk menstimulasi baik riset maupun formulasi strategi dan kebijakan yang relevan.
DILEMA TRANSFORMASI KAUM INTELEKTUAL MUDA
Ada adagium yang menyatakan bahwa untuk melihat masa depan dari suatu negara bangsa maka lihatlah kaum mudanya. Kaum muda memang fenomenal, gerak sejarah republik ini juga mencatat eksistensi mereka dalam pelbagai peristiwa nasional. Dimulai dari Budi Utomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, proklamasi kemerdekaan 1945, penggulingan orde lama 1966, hingga reformasi 1998. Dapat dikatakan, kaum muda (intelektual) mampu menunjukkan peranannya sebagai agen transformasi sosial. Namun yang perlu juga dipahami adalah transformasi sosial ini tidak selalu berbentuk gerakan politik atau berkutat pada suprastruktur melainkan juga berupa transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terhadap masyarakat di tingkatan basis struktur. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai meningkatnya jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi tampaknya semakin menguatkan common sense dalam masyarakat bahwa sekolah tinggi-tinggi tidak menjamin mudah memperoleh pekerjaan; terutama pekerjaan yang sesuai dengan standar keilmuan yang dimiliki. Sekedar diketahui, tahun 2000 jumlah penganggur lulusan perguruan tinggi 277.000 orang (akademi: 184.000); tahun 2001 289.000 (252.000); tahun 2002 270.000 (250.000); tahun 2003 245.000 (200.000); tahun 2004 348.000 (237.000), dan 2005 385.418 (322.836). Walaupun seorang akademisi berusaha menjelaskan panjang lebar bahwa fungsi pendidikan tidak sepragmatis itu, namun bagi masyarakat hanyalah sebuah pretensi belaka. Sebagai negara berkembang yang dituntut mampu berkompetisi dalam era globalisasi, Indonesia sebenarnya menyadari bahwa pembangunan sumber daya manusia (human investment) merupakan komplementator utama bagi pembangunan ekonomi dan politik yang menempati posisi sentral dalam pembangunan nasional. Sistem pendidikan tinggi selama ini diyakini mampu menghasilkan kompetensi sumber daya manusia yang berdaya saing. Oleh sebab itu, ironis jika lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran bahkan angka absolutnya cenderung meningkat per tahun. Secara umum, tingginya jumlah pengangguran seringkali diakibatkan oleh ketidakmampuan dunia kerja mengakomodasi tenaga kerja produktif – dalam konteks ini, lulusan perguruan tinggi. Penulis mencoba berpikir sebaliknya, tingginya jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi dipicu oleh ketidakmampuan (baca: kegagalan) lulusan tersebut dalam menciptakan lapangan kerja. Ada apa dengan sistem pendidikan perguruan tinggi kita?
Seharusnya, sistem pendidikan perguruan tinggi harus mendasarkan dirinya pada human centered development model. Sistem ini sejalan dengan paradigma kritis yang memandang pendidikan harus melakukan refleksi kritis terhadap sistem dominan kemudian melakukan dekonstruksi menuju sistem social yang lebih egaliter. Oleh sebab itu diperlukan ‘pemampuan’ (empowerment) segala potensi manusia dalam membaca dan menganalisa segenap kontradiksi di masyarakat kemudian menemukan solusi alternatif untuk mengatasinya. Sistem ini lebih dari sekedar membentuk intelektual profesional dan kontributif terhadap pembangunan melainkan menuntut pembangkitan kesadaran kritis manusia untuk melakukan transformasi sosial. Dalam bahasa Freire sistem pendidikan ini bertujuan memanusiakan manusia kembali dari proses dehumanisasi.
Keterputusan ini bukannya tidak disadari, bahkan jauh-jauh hari telah diingatkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada Akademi Pembangunan Nasional di Yogyakarta, 18 Maret 1962 : “…Saudara pada waktu menggali ilmu pengetahuan (praktis) itu tentu telah merasa sendiri bahwa ilmu pengetahuan, sekadar adalah bekal untuk aktif membangun, membantu, menyumbang kepada pembangunan nasional. Lebih dari pada bekal itu masih ada dasar, saudara-saudara, lebih penting daripada bekal itu, adalah satu hal lain, satu dasar. Dan yang dimaksudkan dengan perkataan dasar yaitu karakter. Karakter adalah lebih penting daripada ilmu pengetahuan”. Karakter yang dimaksud oleh Soekarno adalah nalar kritis dalam menginterpretasikan absurditas realitas sosial sehingga mahasiswa mampu memosisikan dirinya benar-benar sebagai agen pembaharu bukan sekedar pion penguat sistem yang telah terbangun.
Kondisi perguruan tinggi di Indonesia memang masih jauh dari cita-cita human centered development. Budaya riset masih rendah, jikapun ada sebagian besar belum memiliki nilai guna yang signifikan terhadap masyarakat. Hal ini dilengkapi dengan dukungan infrastruktur dan finansial yang serba minimal. Sebagai bukti, Tatang H. Soerawidjaja Kepala Pusat Penelitian Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan, Institut Teknologi Bandung mengatakan, setiap tahunnya ITB menghasilkan sekitar 500-an penelitian, namun dari jumlah itu yang bisa diaplikasikan di masyarakat dan dunia industri hanya belasan. Berbeda dengan perguruan tinggi di luar negeri, semisal Jepang dimana semangat riset telah mendorong entrepreneurship dan kreativitas mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk terlibat dalam pembangunan industri nasional. Oleh sebab itu, logis jika tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia berjalan sangat lambat, bahkan mulai tertinggal dalam skala regional. Menurut Brian Yuliarto, pada tahun 2004 misalnya, hanya 522 kertas kerja ilmiah karya peneliti Indonesia yang termuat dalam jurnal internasional. Itu hanya sepertiga dari jumlah kertas kerja ilmiah asal Malaysia (1.438). Di lingkungan ASEAN, Indonesia hanya lebih baik daripada Filipina dan Brunei Darussalam, yang jumlah kertas kerja ilmiahnya lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Pada tataran ini, perguruan tinggi di Indonesia sebagai pusat pendidikan vokasional akhirnya menjadi fabrikasi dan mekanisasi tenaga kerja tidak produktif (pasif), tanpa sense of inovatif, serta kehilangan nalar kritis dan jiwa entrepreneurship sehingga terjebak untuk taat (obedient) dalam iklim akademis non kritis transformatif.
Tulisan ini mengajak para pemuda bahwa betapa pentingnya peren intelektual muda dengan modal idealismenya dan berbekal nalar kritis mampu berkontribusi dalam pembangunan bangsa yang ideal.


Penulis :
Ketua Umum HMI Komisariat Untirta Periode 2009-2010    
Mahasiswa Pascasarjana IPB           
Ketua Kajian Strategis Pengurus Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bogor periode 2015-2016.




Biodata Penulis


Nama                          : Wakyudi
Tempat, tgl lahir          : Pandeglang, 14 -03-1987
Alamat                         : Kecamatan Cikeusik, Kab. Pandeglang Banten
Tempat Tinggal           : Jln Batu Hulung KelurahanMarga Jaya, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor
No HP                         : 087773525980
Pedidikan                    :
1.    SDN Sukamulya 1
2.    SMPN 2 Cikeusik
3.    SMAN 1 Wanasalam
4.    S-1 Fakultas Pertanian UNTIRTA SERANG
5.    S-2 Program studi Arsitektur Lanskap IPB - Bogor
Pengalaman Organisasi
1.    Tim Pendiri Ikatan Mahasiswa Cilangkahan (IMC) Lebak
2.    Ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam HMI Kom. Untirta periode 2009
3.    Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Serang bidang kewirausahaan dan pengembangan profesi
4.    Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pemuda Cibaliung (HMPC) Pandeglang
5.    Keluarga Mahasiswa Banten (KMB)-Bogor
6.    Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UNTIRTA
Pegalaman Kerja
1.    Penyluh Pertanian Swadaya Masyarakat Pandeglang
2.    Wartawan Harian Radar Banten.
3.    Konsultan Lingkungan dan Enginering



 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons